Temuan Mahasiswa IPB
Air Cucian Beras Suburkan Tanaman
Bogor, Warta Kota
Penelitian yang dilakukan mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Yayu Siti Nurhasanah
menghasilkan temuan bahwa air bekas cucian beras mampu menyuburkan
tanaman.
"Air cucian beras memiliki kandungan nutrisi yang melimpah, dapat
berfungsi sebagai pengendali organisme pengganggu tanaman yang ramah
lingkungan serta banyak dijumpai di lingkungan sekitar," kata Yayu
seperti disampaikan dalam keterangan Humas IPB di Bogor, Jumat (28/10),
seperti dikutip
Antara.
Melalui penelitian di bawah arahan dosen pembimbing Dr Giyanto, Yayu
berangkat dari kondisi bahwa selama ini untuk menekan kerugian hasil
produksi akibat serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), petani
seringkali menggunakan pestisida sintetik secara berlebihan, sehingga
menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan.
Dampak itu, seperti timbulnya patogen sekunder, matinya musuh alami,
merusak lingkungan, bahkan penolakan pasar akibat produk yang mengandung
residu pestisida yang membahayakan.
"Untuk mengurangi penggunaan pestisida sintetik, maka diperlukan
alternatif pengendalian OPT yang ramah lingkungan dan mudah
diaplikasikan di lapang," katanya.
Yayu Siti Nurhasanah mengatakan, mikroba penting dalam pengendalian
penyebab penyakit tanaman adalah mikroba yang bersifat menguntungkan
bagi tanaman.
Mikroba itu sendiri memiliki kelebihan yaitu mempunyai pertumbuhan
yang lebih cepat, menghasilkan antibiotik serta mampu menggunakan
substrat yang berbeda-beda salah satunya ada pada bakteri Pseudomonas
fluorescens.
Bakteri Pseudomonas fluorescens adalah Bakteri P. fluorescens yang
mampu mengklon dan beradaptasi dengan baik pada akar tanaman serta mampu
untuk mensintesis metabolit yang mampu menghambat pertumbuhan dan
aktivitas patogen atau memicu ketahanan sistemik dari tanaman terhadap
penyakit tanaman.
Formulasi air cucian beras merupakan media alternatif pembawa P.
fluorescens yang berperan dalam pengendalian patogen penyebab penyakit
karat dan pemicu pertumbuhan tanaman.
"Sehingga limbah air cucian yang dibuang di masyarakat memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan," katanya.
Hasil penelitian Yayu Siti Nurhasanah menyebutkan bahwa air cucian
beras memiliki kandungan nutrisi yang melimpah di antaranya karbohidrat
berupa pati (85-90 persen), protein glutein, selulosa, hemiselulosa,
gula dan vitamin yang tinggi.
Selain itu melalui media air cucian beras ditambah estrak tempe dan
gula ini juga dapat ditemukan pertumbuhan bakteri P.fluorescens yang
pesat.
Untuk melihat peran penghambatan bakteri P.fluorescens terhadap
pathogen yang sering ada pada tanaman yang sakit (Puccinia horiana) maka
Yayu dan kawan-kawan melakukan uji antagonis dengan meneteskan spora
P.horiana dan formulasi yang mengandung P.fluorescens di atas gelas
objek diinkubasi.
Objek itu selanjutnya diamati persen penghambatan perkecambahan
spora, serta dilakukan aplikasi formulasi pada bibit tanaman krisan
untuk melihat peran P.fluorescens dalam memicu pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan uji pertumbuhan bakteri P.fluorescens dalam media
formulasi-formulasi uji, didapatkan hasil formulasi satu (F1) merupakan
formulasi terbaik dalam menumbuhkan bakteri ini karena memiliki log atau
perkembangan populasi bakteri terbesar di antara formulasi-formulasi
uji lainnya setelah diamati perkembangan populasi bakteri selama 6 jam
dan dihitung jumlah koloninya.
Selain uji pertumbuhan bakteri diujikan juga pengujian berdasarkan
pemicu pertumbuhan dengan mengambil sampel tanaman krisan dengan
mengaplikasikan P.fluorescens. Pengujian ini dilakukan dengan kontrol
dan empat perlakuan.
Penanaman bibit krisan yang diuji dalam polibag hitam dilakukan pada media tanah steril.
Kemudian bibit tanaman krisan yang akan diuji ditanam dalam polibag hitam dengan media tanah steril yang telah disiapkan.
Setiap tanaman perlakuan diamati berapa persen bibit yang tumbuh, tinggi tanaman serta intensitas keparahan penyakit.
Setelah dilakukan pengujian terhadap bibit tanaman krisan dengan
varietas padma buana, perlakuan aplikasi mingguan (disemprot formulasi
satu pekan sekali) memiliki pertumbuhan paling baik, dengan indikator
tinggi tanaman, panjang akar, dan jumlah daun yang paling
besar dibanding tanaman pada perlakuan lainnya.
Aplikasi dan waktu aplikasi dengan menggunakan formulasi ini memiliki
pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, terlihat dari data yang
diperoleh setiap perlakuan memiliki data yang berbeda secara signifikan.
Tanaman kontrol yang tidak diberi perlakuan aplikasi formulasi, memiliki pertumbuhan tanaman yang paling rendah.
Hal inilah yang membuktikan bahwa aplikasi P.fluorescens terhadap
tanaman memiliki pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman. Namun
pertumbuhan itu sendiri berbeda-beda bergantung pada intensitas
aplikasi (waktu penyemprotan formulasi).
BENER TUH OMONGAN KAKEK SAYA DI CILACAP
TERNYATA KEBUKTI DISINI